Loading

I made this widget at MyFlashFetish.com.

English French German Spain Italian Dutch RussianPortugueseJapaneseKoreanArabicChinese Simplified

     

Rabu, 17 Oktober 2012

Komunikasi sebagai Proses

Komunikasi sebagai Proses 4
  


 dosen : Abdul Malik
          Part 3
          Pendahuluan
         Saat ini kita memasuki era yang disebut sebagai “Revolusi Komunikasi” (Daniel Lerner), “Masyarakat Pasca Industri (Daniell Bell), “Abad Komunikasi” (Alvin Toffler). Salah satu ciri yang menyertai berbagai istilah tersebut adalah digunakannya alat komunikasi sebagai media yang sangat penting dalam tata pergaulan manusia. Globalisasi telah memorakporandakan sebuah negara yang berusaha mengisolasi diri dari pergaulan dunia, bahkan dalam bahasanya Marshall Mc. Luhan menyatakan bahwa kita telah memasuki Global Village (desa global).
         Dunia diibaratkan sebagai sebuah kampung dengan suatu ciri apa yang terjadi di suatu wilayah negara dalam waktu singkat segera diketahui oleh negara lain. Sama persis suatu kejadian yang ada di sebuah sudut kampung dalam waktu singkat  dapat cepat diketahui oleh seluruh masyarakat di kampung tersebut.
         Daniel Lerner mencatat lima revolusi komunikasi yang pernah terjadi di dunia sebelum tahun 1975. Setiap revolusi komunikasi berbeda rentang waktunya. Misalnya, antara revolusi pertama ke revolusi kedua membutuhkan waktu lebih dari 400 tahun. Waktu selama empat abad itu dibutuhkan untuk mengembangkan sebuah kelas sosial yang bisa memanfaatkan teknologi cetak tersebut.
         Di Indonesia perkembangan tersebut terasa sekali. Komunikasi antarpersona yang dulu menjadi andalan dalam proses komunikasi lambat laun posisinya tergeser oleh media radio dan surat kabar yang digunakan untuk alat perjuangan. Kemudian tergeser oleh peran televisi ketika di tanah air sudah ada siaran televisi pada tahun 1962
·   Komunikasi sebagai Esensi Dasar Manusia
         Sebagai makhluk sosial manusia tentu tidak bisa hidup sendirian. Ia membutuhkan orang lain. Karena saling membutuhkan itulah maka terjalin interaksi, baik interaksi individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok. Dalam interaksi, manusia saling berkomunikasi satu sama lain. Karena itu, komunikasi memegang peranan yang amat penting bagi manusia dalam hidup bermasyarakat.
         Bahkan, menurut Dr. Everett Kleinjan dari East West Center Hawaii, komunikasi merupakan bagian  yang kekal dari manusia  seperti halnya bernafas. Sebab, sepanjang hidupnya manusia tidak lepas dari komunikasi.(Hafied Cangara: 2006:1)
           
         Harold D. Lasswell (ibid.), peletak dasar ilmu komunikasi, menyebut tiga fungsi dasar yang menjadi penyebab mengapa manusia perlu berkomunikasi, yakni:
         Pertama, hasrat manusia untuk mengontrol lingkungannya. Melalui komunikasi manusia dapat mengetahui peluang-peluang yang ada untuk dimanfaatkan, dipelihara, dan menghindar pada hal-hal yang mengancam alam sekitarnya. Melalui komunikasi manusia dapat mengetahui suatu kejadian atau peristiwa. Bahkan melalui komunikasi manusia dapat mengembangkan pengetahuannya, yakni belajar dari pengalamannya, maupun melalui informasi yang mereka terima dari lingkungan sekitarnya.

         Kedua, upaya manusia untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Proses kelanjutan suatu masyarakat sesungguhnya tergantung bagaimana manusia bisa beradaptasi dengan lingkungannya. Penyesuaian di sini bukan saja terletak pada kemampuan manusia  member tanggapan terhadap gejala alam seperti banjir, tetapi juga lingkungan masyarakat tempat manusia hidup dalam tantangan. Dalam lingkungan seperti ini diperlukan penyesuaian agar manusia dapat hidup dalam suasana yang harmonis.
         Ketiga, upaya untuk melakukan transformasi warisan sosial. Masyarakat yang ingin mempertahankan keberadaannya, maka anggota masyarakatnya dituntut untuk melakukan melakukan pertukaran nilai, perilaku, dan peranan. Misalnya bagaiman orang tua mengajarkan tatakrama bermasyarakat yang baik kepada anak-anaknya. Bagaimana sekolah difungsikan untuk mendidik warga negara, dan sebagainya.
          

         Sedangkan Thomas M. Scheidel (Deddy Mulyana: 2003: 4) mengemukakan bahwa  kita berkomunikasi terutama untuk menyatakan  dan mendukung identitas diri, untuk membangun kontak sosial dengan orang di sekitar kita, dan untuk memengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir, atau berperilaku seperti yang kita inginkan. Namun tujuan dasar kita berkomunikasi adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik dan psikologis kita.


          Komunikasi sebagai Proses Sosial
         Dalam hubungannya dengan proses sosial, komunikasi menjadi sebuah cara dalam melakukan perubahan sosial (social change). Komunikasi berperan menjembatani perbedaan dalam masyarakat karena mampu merekatkan kembali sistem sosial  masyarakat dalam usahanya melakukan perubahan. Namun, begitu, komunikasi juga tak akan lepas dari konteks sosialnya.
         Artinya, ia akan diwarnai oleh sikap , perilaku, pola, norma, pranata masyarakatnya. Jadi, keduanya saling mempengaruhi dan melengkapi, seperti halnya hubungan antara manusia dengan masyarakat.
         Hubungan antara perubahan sosial dengan komunikasi (atau media komunikasi) pernah diamati oleh Goran Hedebro (1982) sebagai berikut:
         1. Teori komunikasi mengandung makna pertukaran pesan. Tidak ada perubahan di masyarakat tanpa peran komunikasi. Dengan demikian, komunikasi hadir pada semua upaya yang bertujuan membawa ke arah perubahan.
         2. Meskipun dapat dikatakan komunikasi hadir dengan tujuan membawa perubahan, namun ia bukan satu-satunya alat yang dapat membawa perubahan sosial. Dengan kata lain, komunikasi hanya salah satu dari banyak faktor yang menimbulkan perubahan di masyarakat.
         3. Media yang digunakan dalam komunikasi berperan melegitimasi bangunan sosial yang ada. Ia adalah pembentuk kesadaran yang pada akhirnya menentukan persepsi orang terhadap dunia dan masyarakat tempat mereka hidup.
         4. Komunikasi adalah alat yang luar biasa guna mengawasi salah satu kekuatan penting masyarakat; konsepsi mental yang membentuk wawasan orang mengenai kehidupan. Dengan kata lain, mereka yang berada dalam posisi mengawasi media, dapat menggerakkan pengaruh yang menentukan menuju arah perubahan sosial.
         Komunikasi sebagai proses sosial adalah bagian integral dari masyarakat. Secara garis besar komunikasi sebagai proses sosial di masyarakat memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:
         1. Komunikasi menghubungkan antarberbagai komponen masyarakat. Komponen di sini tidak hanya individu dan masyarakat, melainkan juga berbagai bentuk lembaga sosial (pers, universitas, LSM, dll).
         2. Komunikasi membuka peradaban (civilization) baru manusia. Menurut Koentjaraningrat (1997), istilah peradaban dipakai untuk bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan yang halus dan indah, seperti kesenian, ilmu pengetahuan serta sopan santun dan sistem pergaulan yang kompleks dalam suatu struktur masyarakat yang kompleks pula. Komunikasi telah mengantarkan peradaban barat menjadi maju dalam ilmu pengetahuan.
         3. Komunikasi adalah manifestasi kontrol sosial dalam masyarakat. Berbagai nilai (value), norma (norm), peran (role), cara (usage), kebiasaan (folksways), tata kelakuan (mores), dan adat (customs) dalam masyarakat yang mengalami penyimpangan (deviasi) akan dikontrol dengan komunikasi, baik melalui bahasa lisan, sikap apatis atau perilaku nonverbal individu.
         4. Tanpa bisa diingkari komunikasi berperan dalam sosialisasi nilai ke masyarakat. Bagaimana sebuah norma kesopanan disosialisasikan kepada generasi nuda dengan contoh perilaku orang tua (nonverbal) atau dengan pernyataan nasihat langsung (verbal); juga bisa dilihat ketika seorang anak dimarahi orang tua gara-gara berkata jorok di depan orang tuanya.
         5. Seseorang akan diketahui jati dirinya sebagai manusia karena menggunakan komunikasi. Itu berarti komunikasi menunjukkan identitas sosial seseorang.  Dalam peribahasa dikenal bahasa menunjukkan bangsa. Bahasa sebagai alat komunikasi menunjukkan jatidiri individu yang bersangkutan.

          Komunikasi sebagai Proses Budaya
         Dalam konteks kebudayaan, komunikasi disebut juga sebagai proses budaya. Artinya, komunikasi yang ditujukan pada orang atau kelompok lain tak lain adalah  sebuah pertukaran kebudayaan. Misalnya, Anda berkomunikasi dengan suku Baduy, secara tidak langsung Anda sedang berkomunikasi berdasarkan kebudayaan tertentu  milik Anda untuk menjalin kerjasama atau mempengaruhi kebudayaan lain. Dalam proses tersebut terkandung unsur-unsur kebudayaan, salah satunya adalah bahasa. Sedangkan bahasa merupakan alat komunikasi.
        
         Lalu, apa itu kebudayaan?
         Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya (Koentjaraningrat, 1997). Dari definisi diketahui bahwa dalam kebudayaan itu tersebut ada gagasan, budi, dan karya manusia. Gagasan dan karya manusia itu akan menjadi kebudayaan setelah sebelumnya dibiasakan dengan belajar.
         Menurut Koentjaraningrat (1994) isi  kebudayaan yang biasa disebut sebagai cultural universal meliputi:
         1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat rumah tangga, senjata alat produksi, transport, dll).
         2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian, peternakan, sistem produksi, sistem distribusi).
         3. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum dan sistem perkawinan).
         4. Bahasa (lisan maupun tertulis).
         5. Kesenian (seni rupa, seni musik, seni suara, seni gerak, dll).
         6. Sistem pengetahuan.
         7. Religi (sistem kepercayaan).
         Selanjutnya, secara lebih konkret hubungan antara komunikasi dengan kebudayaan dapat dijelaskan sebagai berikut:
         1. Dalam berkomunikasi manusia membutuhkan peralatan-peralatan tertentu. Secara minimal komunikasi membutuhkan sarana berbicara seperti mulut, bibir, dan hal-hal yang berkaitan dengan bunyi ujaran. Ada kalanya dibutuhkan tangan dan anggota tubuh lain (komunikasi nonverbal) untuk mendukung komunikasi lisan. Ditinjau secara lebih luas dengan penyebaran komunikasi yang lebih luas pula, maka digunakanlah peralatan komunikasi massa, seperti televisi, radio, surat kabar, dll.
         2. Komunikasi menghasilkan mata pencaharian hidup manusia. Komunikasi yang dihasilkan lewat televisi, misalnya, membutuhkan orang yang digaji untuk ‘mengurus’ televisi.
         3. Sistem kemasyarakat yang menjadi bagian tak terpisahkan dari komunikasi, misalnya sistem hukum Indonesia. Sebab, komunikasi akan efektif manakala diatur dalam sebuah regulasi agar tidak melanggar norma-norma masyarakat. Dalam bidang pers dibutuhkan jaminan kepastian hukum agar terwujud kebebasan pers. Namun, kebebasan pers juga tak serta merta  dikembangkan di luar norma masyarakat.

         4. Komunikasi akan menemukan bentuknya secara lebih baik manakala menggunakan bahasa sebagai alat penyampai pesan kepada orang lain. Wujud banyaknya bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi menunjukkan bahwa bahasa sebagai isi atau wujud dari komunikasi. Bagaimana penggunaan bahasa yang efektif, memakai bahasa apa, siapa yang menjadi sasaran, adalah manifestasi dari komunikasi sebagai proses budaya. Termasuk di sini juga ada manifestasi komunikasi sebagai proses kesenian, misalnya, di televisi ada seni gerak (drama, sinetron, film) atau seni suara (menyanyi, dialog, dll).
         5.  Sistem pengetahuan atau ilmu pengetahuan merupakan substansi yang tak lepas dari komunikasi. Bagaimana mungkin suatu komunikasi akan berlangsung menarik dan dialogis tanpa ada dukungan ilmu pengetahuan? Ilmu pengetahuan ini juga termasuk ilmu tentang berbicara dan menyampaikan pendapat. Bukti bahwa masing-masing pribadi  berbeda dalam penyampaian, gaya, pengetahuan yang dimiliki, menunjukkan realitas tersebut. 
             Komunikasi sebagai Proses Politik
         Bagaimana seandainya dalam politik tidak terjadi komunikasi? Sebagai contoh, tidak terjadi komunikasi antara eksekutif dengan legislatif, atau tidak ada komunikasi antara pemerintah dengan rakyatnya.
         Yang terjadi berbagai kebijakan negara tidak akan tersosialisasikan dan terlaksana dengan baik. Begitu juga berbagai bentuk keterlibatan rakyat dalam politik (sebagai sesuatu yang harus terjadi) akan mengalami hambatan.
         Dengan demikian – mengutip Gabriel Almond – komunikasi ibarat aliran darah yang mengalirkan pesan politik berupa tuntutan, protes, dan dukungan (aspirasi dan kepentingan) ke jantung (pusat) pemrosesan sistem politik. Dan hasil pemrosesan itu dialirkan kembali oleh komunikasi politik yang selanjutnya menjadi feedback sistem politik (Alfian, 1993).
         Dalam suatu sistem politik yang demokratis, terdapat subsistem suprastruktur politik (lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif) dan subsistem infrastruktur politik (partai politik, organisasi kemasyarakatan, kelompok kepentingan, dll) –nya. Proses politik berkenaan dengan proses input dan output sistem politik.
         Dalam model komunikasi politik, dijelaskan bahwa komunikasi politik model input merupakan proses opini berupa gagasan, tuntutan, kritikan, dukungan mengenai suatu isu-isu aktual yang datang dari infrastruktur ditujukan kepada suprastruktur politiknya untuk diproses menjadi suatu keputusan politik (berupa undang-undang, peraturan pemerintah, surat keputusan, dan sebagainya).
        
         Sedangkan komunikasi politik model output adalah proses penyampaian atau sosialisasi keputusan-keputusan politik dari suprastruktur politik kepada infrastruktur politik dalam suatu sistem politik.
         Contoh proses politik yang pernah terjadi sistem politik kita adalah isu tentang harga bahan bakar minyak (BBM). Tuntutan-tuntutan pembatalan kenaikan harga BBM dari berbagai kalangan masyarakat (mahasiswa, partai politik, organisasi kemasyarakatan) ditujukan kepada wakil-wakil rakyat mereka yang duduk di DPR dan DPRD, juga kepada pemerintah eksekutif (presiden dan para pembantunya). Kemudian DPR mengadakan sidang paipurna untuk membahas isu ini, dan membuat keputusan atas persoalan tersebut.


             Komunikasi Politik di Indonesia
         Komunikasi yang berlaku pada era Soeharto adalah komunikasi searah, yaitu komunikasi dari atas ke bawah (top-down). Presiden memberikan petunjuk dan pengarahan, langsung disetujui oleh DPR (yang selalu didominasi oleh Golkar) dan para menteri serta gubernur. Kemudian Gubernur memberi petunjuk dan pengarahan kepada DPRD tingkat I dan para Bupati, dan Bupati ke DPRD tingkat II dan para camat, dan begitu seterusnya sampai pada tingkat desa.
         Untuk mengelola negara sebesar Indonesia, dengan jumlah penduduk yang meningkat terus dari hampir 200 juta, sampai sekarang sudah mencapai 220 juta, dan heterogenitas penduduk yang sangat luar biasa, sistem komunikasi politik searah ini sudah terbukti sangat efektif selama 32 tahun. Tetapi sistem komunikasi ini terbukti tidak bisa bertahan selamanya. Bersamaan dengan Krisis Moneter yang berkembang juga menjadi Krisis Politik, rezim Soeharto pun tumbang, dan pola komunikasi langsung berubah arah: dari bawah ke atas (bottom-up).

         Namun pola komunikasi bawah-atas ini, langsung terbukti sama tidak efektifnya. Bahkan lebih tidak efektif, karena jika semasa Soeharto yang terasa adalah keluhan pihak-pihak yang frustrasi karena aspirasinya tidak tersalur (misalnya: kelompok PDI Mega, Petisi 50, mahasiswa dsb.), pada era pasca-Soeharto, yang terjadi adalah anarki yang tidak habis-habisnya, sehingga dalam tempo singkat presiden RI berganti 4 kali. Masalahnya, dalam pola atas-bawah, maupun bawah-atas, sama-sama tidak terjadi dialog (komunikasi dua arah), yang terjadi hanya monolog (komunikasi searah).
         Untuk mengubah komunikasi searah menjadi dua arah bukan perkara gampang. Dimana saat ini sering kita dengar mengenai “duduk bersama”. Tetapi hal ini belum bisa mengatasi masalah yang sebenarnya yaitu kebanyakan orang hanya ingin berbicara dan didengarkan tanpa mau mendengarkan. Sikap ingin menang sendiri dan sikap yang ngotot akan pendapatnya dan tidak mau menghargai pendapat orang lain tentu sangat bertentangan dengan esensi komunikasi dua arah tadi.


Untuk lebih jelas dan ada gambarnya silahkan download file format P.Point nya, klik :


Post by (abenk)


0 komentar:

Posting Komentar